12 April 2010

" BARANGKALI "

Alkisah, seorang lelaki tua duduk bersama anaknya yang sudah berusia 25 tahun di sebuah kereta api yang sedang berjalan kencang. Nampak keceriaan dan kecemerlangan pada wajah pemuda yang duduk persis di samping jendela bersama ayahnya tersebut.

Pemuda itu mengeluarkan tangannya melalui jendela dan menggerak-gerakkannya seraya tersenyum merasakan segarnya udara di luar sambil berseru, "Ayah, lihatlah! Semua pohon-pohon itu berlarian membelakangi kita!" Sang ayah pun tersenyum mengiringi kebahagiaan anaknya.

Di samping mereka, duduk sepasang suami-istri yang tengah memperhatikan pembicaraan sang pemuda bersama ayahnya. Mereka nampak terganggu dan tidak nyaman. Bagaimana mungkin seorang pemuda yang sudah berusia 25 tahun itu bertingkah seperti anak kecil!

Tiba-tiba, sang pemuda berseru lagi, "Ayah, lihatlah sawah yang penuh dengan barisan padi dan burung-burung kecil itu! Lihatlah, Ayah, awan menggumpal di atas kita yang indah itu!"

Sepasang suami-istri itu makin heran dan tak nyaman melihat kata-kata sang pemuda.

Lantas perlahan-lahan gerimis hujan pun mulai turun, dan titik demi titik air hujan membahasi tangan sang pemuda, yang wajahnya semakin cerah dipenuhi oleh semburan rata rasa senang bahagia. Ia bergumam kalem, dan tiba-tiba bersorak ramai, "Ayah, ini sangat indah! Ayah, ini hujan! Airnya membahasi tanganku. Lihatlah, Ayah!"

Di detik itu, pasangan suami-istri sudah tak sabar lagi. Mereka tak sanggup lagi berdiam diri melihat perbuatan sang pemuda. Mereka serentak menghardik ayah sang pemuda, "Mengapa kalian tidak membawa anak ini ke dokter supaya ia segera diobati?!"

... (berlanjut) --> lanjut terus ke bagian paling bawah.....








































































(lanjutan)

Sang ayah menjawab mereka dengan santun dan tetap tenang, "Kami baru saja datang dari rumah sakit, dan alhamdulillah anak saya ini sudah bisa melihat setelah sekian tahun lamanya ia buta semenjak lahir."

.

..

...

Sontak kedua suami-istri meminta maaf, "Kami telah berbuat salah. Seharusnya
kami tidak tergesa-gesa BERBURUK SANGKA."

Ahhh, betapa seringnya kita terlalu cepat menilai serta menghukumi sesuatu, padahal belum jelas perkara tersebut sehingga tidak jarang secara sadar maupun tidak kita telah mendzalimi orang lain melalui ucapan maupun sikap kita...
Kawan, mudah-mudahan melalui kisah diatas kita memperoleh pembelajaran ...
Jauhilah prasangka, karena sesungguhnya dia adalah sedusta dustanya perkataan.

0 komentar: