06 Agustus 2010

LOWONGAN PT KAI Commuter Jabodetabek

0 komentar


PT KAI Commuter Jabodetabek adalah salah satu anak perusahaan PT KERETA API (Persero) yang menyelenggarakan pengusahaan pelayanan jasa angkutan Kereta Api Commuter dengan menggunakan Kereta Rel Listrik di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang (Serpong) dan Bekasi (Jabotabek)

Membutuhkan segera :

Calon Pegawai - Level Staf

Persyaratan umum :

1. Warga Negara Indonesia

2. Pria & Wanita

3. Berusia minimal 18 tahun dan maksimal 30 tahun per 31 Juli 2010

4. Pendidikan minimal SLTA dengan rata‐rata UAN 7,5 (tujuh koma lima)

5. Tinggi badan minimal untuk Pria 165 cm dan Wanita 160 cm

6. Berkelakuan baik yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Kepolisian

7. Menyertakan Surat Keterangan Bebas Narkoba dari Kepolisian

8. Berstatus pencari kerja yang dibuktikan dengan Kartu Pencari Kerja dari Departemen Tenaga Kerja

9. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia

10. Sehat jasmani dan rohani

11. Menyertakan keterangan berbadan sehat yang meliputi :

a. Mata – Tidak Buta Warna

b. Telinga, tekanan darah –NORMAL

c. Jantung, paru‐paru, ginjal, urine – BAIK

d. Berat badan ideal dan proporsional (TB‐100)‐1/10 dari pengurangan

Persyaratan khusus :

1. Calon pelamar akan melalui beberapa tahapan seleksi sampai dengan psikotes

2. Pelamar yang lulus seleksi akan mengikuti serangkaian pelatihan di PTKA sesuai prosedur yang berlaku.

Lamaran harus melampirkan :

1. CV atau Daftar Riwayat Hidup

2. Copy ijasah terakhir yang dilegalisir

3. Copy nilai UAN yang dilegalisir

4. Copy transkrip nilai ijasah terakhir yang dilegalisir

5. Copy sertifikat dan dokumen pendukung lainnya

6. Photo diri terakhir, berwarna 3x4

Pelamar harap mencantumkan dokumen tersebut dalam attachment.

Lamaran dan CV beserta dokumen pendukungnya, harap dikirim ke alamat email : ops@krl.co.idE-mail ini dilindungi dari spam bots, kamu perlu mengaktifkan JavaScript utk melihatnya

Paling lambat tanggal 15 Agustus 2010

Silahkan kunjungi website nya di www.krl.co.id

23 Juli 2010

Melatih Sabar Dari Celaan Orang Lain

0 komentar

Suatu hari, ketika sedang berjalan di sekitar Masjidil Haram,
Ali Zainul Abidin rahimahullah bertemu dengan seorang laki-laki
yang dikenal suka mencela dan memaki.

Lelaki itu menegur Ali, "Hai orang fajir."

Menyadari dirinya ditegur, Ali menyahut,
"Semoga Allah memberimu pahala yang banyak."

Orang itu kembali menegurnya,
"Hai munafik".

"Semoga Allah memberkahi dirimu," sahut Ali.

Tak puas dengan makian itu, lelaki tersebut berkata,
"Hai orang fasik."

"Semoga Allah memberikan petunjuk-Nya
kepadaku dan juga kepadamu,"
jawab Ali sembari tersenyum.

Ketika lelaki itu hendak beranjak pergi, Ali menegurnya,
"Engkau hanya menyebutkan tiga sifatku saja,
padahal aku memiliki lebih banyak
dari yang engkau sebutkan tadi.
Apakah engkau ingin mengetahuinya? "

Mendengar ucapannya, lelaki itu menoleh
dan menatap wajahnya.
Seketika ia berkata,
"Aku bersaksi, sungguh engkau adalah
putra (cucu) dari Rasulullah saw."


-=-=-=-


Marilah kita berlatih bersabar...
terutama diri saya pribadi.
walau sulit, mari kita belajar dan berlatih.


Karena itulah teladan dari orang-orang sholih terdahulu.



Nukilan dari Tarbawi Edisi 231 Th. 11, Rajab 1431, 1 Juli 2010 - Jangan Lelah Belajar Rela Kepada Allah.


12 Juli 2010

Paham ANTI MAZHAB Ingin Meruntuhkan Syariah Islam

0 komentar

Pertanyaan

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Maaf beribu maaf ustad,saya ingin tabayyun ke ustad.

Di situs pribadi ustad,ada artikel judulnya "Anti mazhab,Bid'ah paling merusak" dalam artikel tersebut disebutkan tokoh terbesar anti mazhab adalah Nashirudin Albani.padahal beliau (setahu saya yg ilmunya masih sedikit ini) diakui keilmuan dan keulamaannya oleh banyak kalangan termasuk oleh syekh bin Baz,syekh qardhawi,dll.mohon penjelasan.

Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

tyo

Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Artikel pada situs saya itu adalah bagian dari bedah buku yang ditulis oleh ulama besar Syria, Dr. Said Ramadhan Al-Buthy. Apa yang saya tulis di dalam artikel itu lebih merupakan buah pemikiran beliau sang penulis buku.

Dr. Said Ramadhan Al-Buthy sendiri juga mengakui ketokohan seorang Al-Albani. Justru karena dianggap sebagai tokoh itulah, maka kemudian perlu diajak berdialog untuk dicari titik temu. Barangkali seorang Al-Albani kurang memahami sepenuhnya tentang ilmu fiqih. Mengingat beliau itu memang bukan ulama syariah. Dan hal seperti ini bukan merupakan aib. Karena di masa sekarang ini, setiap ulama punya spesialisasi sendiri-sendiri.

Dan sebagai perwakilan dari para ulama ahli fiqih, Dr. Said Ramadhan Al-Buthy berupaya membangun dialog yang baik, agar tidak terjadi salah paham.

Al-Albani sendiri memang tokoh penting di dalam dunia hadits. Sudah banyak karya beliau yang memenuhi rak-rak buku para pelajar dan mahasiswa. Dan sudah banyak orang yang menjadikannya sebagai rujukan dalam masalah hadits.

Akan tetapi di dalam dunia ilmu fiqih, Al-Albani memang punya catatan tersendiri, dimana dirinya sering menyerang ilmu fiqih dan cenderung anti dan memusuhi mazhab-mazhab fiqih yang sudah ada. Hal ini dikemukakan oleh guru besar ilmu fiqih, Dr. Said Ramadhan Al-Buthy, ulama fiqih kenamaan dari Syria.

Buku ini menceritakan bagaimana terjadinya perdebatan seru antara kedua tokoh penting yang sama-sama tinggal di Syria. Al-Albani dengan pendiriannya yang ingin merobohkan bangunan besar ilmu Fiqih Islam, yang sudah berdiri sejak awal peradaban Islam. Sedangkan Dr. Said Ramadhan Al-Buthy berada pada posisi membela dan mempertahankan kedudukan ilmu Fiqih serta urgensinya dalam memahami Al-Quran dan Sunnah.

Menurut Al-Albani, semua orang haram hukumnya merujuk kepada ilmu fiqih dan pendapat para ulama. Setiap orang wajib langsung merujuk kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Dan untuk memahaminya, tidak dibutuhkan ilmu dan metodologi apa pun. Keberadaan mazhab-mazhab itu dianggap oleh Al-Albani sebagai bid'ah yang harus dihancurkan, karena semata-mata buatan manusia.

Tentu saja pendapat seperti ini adalah pendapat yang keliru besar. Ilmu fiqih dan mazhab pada ulama yang ada itu bukan didirikan untuk menyelewengkan umat Islam dari Al-Quran dan As-Sunnah. Justru ilmu fiqih itu sangat diperlukan sebagai metodologi yang istimewa dalam memahami Quran dan Sunnah.

Menurut Dr. Said Ramadhan Al-Buthy, kedudukan ilmu fiqih kira-kira sama dengan kedudukan ilmu hadits. Keduanya tidak pernah diajarkan secara baku oleh Rasulullah SAW. Ilmu hadits atau juga dikenal dengan ilmu naqd (kritik) hadits, juga merupakan produk manusia, hasil ijtihad, bukan ilmu yang turun dari langit.

Tapi dengan ilmu hadits, kita jadi tahu mana hadits yang shahih, mana hadits yang dhaif dan mana hadits yang maudhu'. Padahal yang menyusun ilmu hadits itu bukan Rasulullah SAW, juga bukan para shahabat, tetapi para ulama dengan ijtihad mereka.

Ketika menetapkan syarat-syarat hadits shahih agar bisa dimasukkan ke dalam kitab As-Shahih, sesungguhnya Al-Bukhari juga sedang berijtihad. Dan kita umat muslim sedunia mengikuti ijtihad beliau dan menggunakan syarat-syarat yang beliau tetapkan.

Maka ketika Al-Imam Asy-Syafi'i yang lahir jauh sebelum zaman Bukhari meletakkan syarat dan aturan dalam mengistimbath hukum dari Quran dan Sunnah, lalu mendirikan ilmu Ushul fiqih, sebenarnya beliau telah berjasa besar kepada umat Islam. Sama dengan Al-Bukhari yang juga berjasa agar umat Islam tidak salah dalam memilih hadits.

Demikian juga ketika Abu Hanifah menetapkan dasar-dasar istimbath hukumnya, agar setiap orang tidak asal main qiyas begitu saja, sebenarnya ilmu yang beliau tetapkan itu sangat bermanfaat buat umat Islam. Sama dengan Al-Bukhari yang juga berijtihad agar umat Islam tidak jatuh ke dalam hadits palsu atau lemah.

Sayangnya, ilmu fiqih dan ushul fiqih yang sudah sejak 14 abad dijadikan standar dalam mengistimbath hukum oleh seluruh umat Islam, oleh Al-Albani ingin dirobohkan begitu saja, dengan alasan kedua ilmu itu dianggap bid'ah dan hanya merupakan ijtihad manusia.

Karena itulah para ulama fiqih meradang dan marah besar kepada Al-Albani yang dengan naifnya ingin merobohkan asas-asas dan sendi pokok ilmu fiqih. Salah satunya adalah Dr. Said Ramadhan Al-Buthy yang akhirnya mengajak Al-Albani bertukar fikiran, agar jangan sampai terjadi salah paham.

Sayangnya, ternyata Al-Albani tetap ngotot dan bersikeras untuk meruntuhkan bangunan ilmu fiqih. Bahkan meski sudah berdialog semalam suntuk, dia tetap 'keukeuh' dengan pendiriannya. Dia tetap ingin meruntuhkan ilmu fiqih karena dalam pandangannya ilmu fiqih itu bid'ah.

Maka Dr. Said Ramadhan hanya bisa menghela nafas panjang. Susah rasanya bicara dengan orang yang tidak mau mengalah dan tidak mau mengerti dengan realitas yang ada. Untuk itulah beliau kemudian menyusun tulisan sebagai counter dari serang-serangan yang selalu dilancarkan oleh Al-Albani, agar umat Islam sedunia mengerti dan paham, apa sesungguhnya misi dan visi seorang Al-Albani.

Judul buku itu dalam bahasa arab adalah : Al-Laa Mazhabiyah, Akhtharu Bid'atin Tuhaddidu As-Syariah Al-Islamiyah. Kalau kita terjemahkan secara bebas, kira-kira makna judul itu adalah : Paham Anti Mazhab, Bid'ah Paling Gawat Yang Menghancurkan Syariat Islam.

Dalam pandangan saya, kita memang tidak boleh terlalu fanatik dengan mazhab fiqih. Maksudnya, pendapat para ulama itu mungkin benar dan mungkin juga salah. Namanya juga ijtihad.

Tetapi alangkah kelirunya kalau pendapat para ulama itu kita benturkan dengan Quran dan Sunnah. Tidak akan pernah terjadi hal itu. Sebab pendapat para ulama itu justru lahir dari Quran dan Sunnah.

Yang sebenarnya terjadi adalah bahwa seorang Al-Albani ketika membaca Quran dan Sunnah, lalu dia pun berjtihad dengan pendapatnya. Apa yang dia katakan tentang Quran dan Sunnah, pada hakikatnya adalah hasil ijtihad dan ra'yu dia sendiri. Sumbernya memang Quran dan Sunnah, tapi apa yang dia sampaikan semata-mata lahir dari kepalanya sendiri.

Sayangnya, para pendukung Al-Albani diyakinkan bahwa yang keluar dari mulut Al-Albani itulah isi dan makna Quran yang sebenarnya. Lalu ditambahkan bahwa pendapat yang keluar dari mulut para ulama lain termasuk pada imam mazhab dianggap hanya meracau dan mengada-ada. Naudzu billahi min dzalik.

Disinilah letak ketidak-adilan para pendukung Al-Albani. Seolah-olah mereka mendudukkan Al-Albani sebagai orang yang paling mengerti dan paling tahu isi Quran dan Sunnah. Apa pun yang dikatakan Al-Albani tentang pengertian Quran dan Sunnah, dianggap kebenaran mutlak. Sedangkan kalau ada ulama lain berbicara dengan merujuk kepada Quran dan Sunnah juga, dianggap sekedar ijtihad dan penafsiran.

Padahal kapasitas Al-Albani yang sebenarnya bukan ahli tafsir, juga bukan ahli fiqih. Bahkan sebagai ahli hadits sekalipun, banyak para ulama hadits di masa sekarang ini yang masih mempertanyakan kapasitasnya. Sebab secara tradisi, seorang ahli hadits itu idealnya punya guru tempat dia mendapatkan riwayat hadits. Al-Albani memang tidak pernah belajar hadits secara tradisi lewat perawi dan sanad, sebagaimana umumya para ulama hadits. Al-Albani hanya sekedar duduk di perpustakaan membolak-balik kitab, kemudian tiba-tiba mengeluarkan statemen-statemen yang bikin orang bingung.

Al-Albani adalah tokoh hadits yang cukup kontroversial. Setidaknya menurut sebagian kalangan. Baik di kalangan ulama hadits sendiri, apalagi . di kalangan ulama fiqih. Tetapi yang menarik, Al-Albani memang sangat produktif dalam menerbitkan buku. Dan dahsyatnya, buku-buku karyanya memang cukup menghebohkan dunia ilmu syariah.

Selama ini para ulama dan ahli ilmu kebanyakan hanya diam saja dan tidak terlalu menanggapi ulah Al-Albani. Dan hanya sedikit ulama yang secara serius menanggapi dan meladeninya. Salah satunya yang pernah langsung menghadapinya adalah Dr. Said Ramadhan Al-Buthy.

Kalau tertarik membaca bukunya, silahkan download disini [klik]. Tapi mohon maaf buku ini masih dalam versi Arabnya. Dahulu pernah diterbitkan dalam bahasa Indonesia, tapi entah bagaimana, ketika saya baca versi terjemahannya, saya malah semakin bingung. Makanya saat ini saya sedang meminta salah seorang ustadz untuk menterjemahkan ulang dengan bahasa yang lebih komunikatif.

Namun artikel itu saya angkat bukan dengan niat untuk menjelekkan atau melecehkan, apalagi merendahkan seorang Al-Albani. Dalam beberapa tulisan, saya pun banyak memuji beliau, bahkan saya banyak juga mengutip pendapat beliau. Namun dalam dunia ilmiyah, mengkritik pendapat seseorang bukan hal yang tabu. Justru semakin terbuka seseorang atas kritik, semakin tinggi nilai kemampuan ilmiyahnya.

Kalau saya menampilkan kritik atas pendapat Al-Albani, jangan dianggap saya membenci beliau. Sebaliknya, justru karena saya menyukai beliau. Tapi kadang adik-adik kelas saya yang baru saja belajar agama, sering kali salah tanggap. Dikiranya kalau seseorang sudah mengkritik Al-Albani, seolah dianggap memusuhinya.

Nah, semoga tulisan ini tidak dianggap sebagai 'serangan' kepada mereka.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc


Sumber

10 Juli 2010

LAMARANMU KU TOLAK !!!

0 komentar

Mereka, lelaki dan perempuan yang begitu berkomitmen dengan agamanya. Melalui ta’aruf yang singkat dan hikmat, mereka memutuskan untuk melanjutkannya menuju khitbah.

Sang lelaki, sendiri, harus maju menghadapi lelaki lain: ayah sang perempuan. Dan ini, tantangan yang sesungguhnya. Ia telah melewati deru pertempuran semasa aktivitasnya di kampus, tetapi pertempuran yang sekarang amatlah berbeda. Sang perempuan, tentu saja siap membantunya. Memuluskan langkah mereka menggenapkan agamanya.

Maka, di suatu pagi, di sebuah rumah, di sebuah ruang tamu, seorang lelaki muda menghadapi seorang lelaki setengah baya, untuk ‘merebut’ sang perempuan muda, dari sisinya.

--v--

“Oh, jadi engkau yang akan melamar itu?” tanya sang setengah baya. “Iya, Pak,” jawab sang muda. “Engkau telah mengenalnya dalam-dalam? ” tanya sang setengah baya sambil menunjuk si perempuan. “Ya Pak, sangat mengenalnya, ” jawab sang muda, mencoba meyakinkan.

Lamaranmu kutolak. Berarti engkau telah memacarinya sebelumnya? Tidak bisa. Aku tidak bisa mengijinkan pernikahan yang diawali dengan model seperti itu!” balas sang setengah baya. Si pemuda tergagap, “Enggak kok pak, sebenarnya saya hanya kenal sekedarnya saja, ketemu saja baru sebulan lalu.”

Lamaranmu kutolak. Itu serasa ‘membeli kucing dalam karung’ kan, aku takmau kau akan gampang menceraikannya karena kau tak mengenalnya. Jangan-jangan kau nggak tahu aku ini siapa?” balas sang setengah baya,keras.

Ini situasi yang sulit. Sang perempuan muda mencoba membantu sang lelaki muda. Bisiknya, “Ayah, dia dulu aktivis lho.” “Kamu dulu aktivis ya?” tanya sang setengah baya. “Ya Pak, saya dulu sering memimpin aksi demonstrasi anti Orba di Kampus,” jawab sang muda, percaya diri.

Lamaranmu kutolak. Nanti kalau kamu lagi kecewa dan marah sama istrimu, kamu bakal mengerahkan rombongan teman-temanmu untuk mendemo rumahku ini kan?”
“Anu Pak, nggak kok. Wong dulu demonya juga cuma kecil-kecilan. Banyak yang nggak datang kalau saya suruh berangkat.”

Lamaranmu kutolak. Lha wong kamu ngatur temanmu saja nggak bisa, kok mau ngatur keluargamu?”

Sang perempuan membisik lagi, membantu, “Ayah, dia pinter lho.” “Kamu lulusan mana?” “Saya lulusan Teknik Elektro UGM Pak. UGM itu salah satu kampus terbaik di Indonesia lho Pak.”

Lamaranmu kutolak. Kamu sedang menghina saya yang cuma lulusan STM ini tho? Menganggap saya bodoh kan?” “Enggak kok Pak. Wong saya juga nggak pinter-pinter amat Pak. Lulusnya saja tujuh tahun, IPnya juga cuma dua koma Pak.”

Lha lamaranmu ya kutolak. Kamu saja bego gitu gimana bisa mendidik anak-anakmu kelak?”

Bisikan itu datang lagi, “Ayah dia sudah bekerja lho.” “Jadi kamu sudah bekerja?” “Iya Pak. Saya bekerja sebagai marketing. Keliling Jawa dan Sumatera jualan produk saya Pak.”

Lamaranmu kutolak. Kalau kamu keliling dan jalan-jalan begitu, kamu nggak bakal sempat memperhatikan keluargamu.” “Anu kok Pak. Kelilingnya jarang-jarang. Wong produknya saja nggak terlalu laku.”

Lamaranmu tetap kutolak. Lha kamu mau kasih makan apa keluargamu,kalau kerja saja nggak becus begitu?”

Bisikan kembali, “Ayah, yang penting kan ia bisa membayar maharnya.” “Rencananya maharmu apa?” “Seperangkat alat shalat Pak.”

Lamaranmu kutolak. Kami sudah punya banyak. Maaf.” “Tapi saya siapkan juga emas satu kilogram dan uang limapuluh juta Pak.”

Lamaranmu kutolak. Kau pikir aku itu matre, dan menukar anakku dengan uang dan emas begitu? Maaf anak muda, itu bukan caraku.”

Bisikan, “Dia jago IT lho Pak” “Kamu bisa apa itu, internet?” “Oh iya Pak. Saya rutin pakai internet, hampir setiap hari lho Pak saya nge-net.”

Lamaranmu kutolak. Nanti kamu cuma nge-net thok. Menghabiskan anggaran untuk internet dan nggak ngurus anak istrimu di dunia nyata.” “Tapi saya ngenet cuma ngecek imel saja kok Pak.”

Lamaranmu kutolak. Jadi kamu nggak ngerti Facebook, Blog, Twitter, Youtube? Aku nggak mau punya mantu gaptek gitu.”

Bisikan, “Tapi Ayah…” “Kamu kesini tadi naik apa?” “Mobil Pak.”

Lamaranmu kutolak. Kamu mau pamer tho kalau kamu kaya. Itu namanya Riya’. Nanti hidupmu juga bakal boros. Harga BBM kan makin naik.” “Anu saya cuma mbonceng mobilnya teman kok Pak. Saya nggak bisa nyetir”

Lamaranmu kutolak. Lha nanti kamu minta diboncengin istrimu juga? Ini namanya payah. Memangnya anakku supir?”.

Bisikan, “Ayahh..” “Kamu merasa ganteng ya?” “Nggak Pak. Biasa saja kok”

Lamaranmu kutolak. Mbok kamu ngaca dulu sebelum melamar anakku yang cantik ini.” “Tapi pak, di kampung, sebenarnya banyak pula yang naksir kok Pak.”

Lamaranmu kutolak. Kamu berpotensi playboy. Nanti kamu bakal selingkuh!”

Sang perempuan kini berkaca-kaca, “Ayah, tak bisakah engkau tanyakan soal agamanya, selain tentang harta dan fisiknya?” Sang setengah baya menatap wajah sang anak, dan berganti menatap sang muda yang sudah menyerah pasrah.

“Nak, apa adakah yang engkau hapal dari Al Qur’an dan Hadits?” Si pemuda telah putus asa, tak lagi merasa punya sesuatu yang berharga. Pun pada pokok soal ini ia menyerah, jawabnya, “Pak, dari tiga puluh juz saya cuma hapal juz ke tiga puluh, itupun yang pendek-pendek saja. Hadits-pun cuma dari Arba’in yang terpendek pula.”

Sang setengah baya tersenyum,

Lamaranmu KUTERIMA anak muda.
Itu cukup. Kau lebih hebat dariku. Agar kau tahu saja, membacanya saja pun, aku masih tertatih.” Mata sang muda ikut berkaca-kaca.

============================================================================

Hikmah : Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ ِلأََرْبَعٍ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا. فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

Wanita (Juga Pria) itu dinikahi karena empat perkara, yaitu karena harta, karena keturunan, karena kecantikan, dan karena agamanya.. maka pilihlah olehmu yang karena agamanya, engkau akan beruntung.”




03 Juli 2010

Ketika Abu Hurairah Kelaparan

0 komentar

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah bahwa ia berkata, Allah
yang tidak ada Tuhan selain Dia, aku pernah menempelkan perutku ke tanah karena
sangat lapar. Kadang aku menaruh batu di perutku karena lapar.

Suatu hari aku duduk di jalan yang biasa mereka lalui keluar, kemudian
melintas Abu Bakar. Aku bertanya kepadanya tentang sebuah ayat dari Al-Qur’an
dan aku tidak bertanya kepadanya kecuali karena mengharapkan dia memberiku
makanan, akantetapi dia berlalu dan tidak memberiku.

Kemudian lewat di depanku Umar dan aku juga bertanya kepadanya tentang
suatu ayat tentang Al-Qur’an, dan aku tidak bertanya kepadanya kecuali agar dia
mau memberiku makanan, tetapi dia hanya berlalu dan tidak memberiku.Kemudian Nabi saw. lewat di depanku dan tersenyum ketika beliau melihatku,
dan beliau tahu apa yang aku rasakan dan ada apa di balik raut wajahku,
kemudian beliau bersabda, “Hai Abu Hirr (bapak kucing).” Aku menyahut,
“Labbaik, ya Rasulullah.” Sabda beliau, “Ikutlah.”

Kemudian beliau berjalan dan aku mengikuti beliau. Lalu beliau masuk dan
aku meminta izin, dan beliau mengizinkan aku. Beliau masuk dan mendapatkan susu
pada sebuah bejana, lalu beliau bertanya, “Dari mana susu ini?” Mereka
menjawab, “Engkau dihadiahi oleh fulan.” Sabda beliau, “Abu Hirr.” Jawabku,
“Labbaik, ya Rasulullah.”

Sabda beliau, “Pergilah ke Ahlus Shuffah dan panggil mereka untukku.”

Ahlus Shuffah adalah tamu-tamu Islam, yang tidak memiliki keluarga, tidak
punya harta, dan tidak punya seorang pun (dan mereka tinggal di serambi
belakang Masjid Nabi). Apabila Nabi dibawakan sedekah, beliau langsung
mengirimkan kepada mereka dan tidak mengambil sedikitpun darinya. Dan, apabila
beliau diberikan hadiah, beliau juga mengirimkannya kepada mereka dan mengambil
sedikit darinya.

Perintah beliau untuk memanggil Ahlus Shuffah membuat aku tidak enak, maka
aku berkata (kepada diriku sendiri), “Seberapa banyak susu mau dibagikan terhadap
Ahlus Shuffah? Aku lebih berhak untuk mendapatkannya untuk memperkuat diriku.
Dan bila beliau datang, beliau memerintahkan aku dan akulah yang membagikannya
untuk mereka, dan tidak ada harapan bahwa aku akan mendapat bagian darinya,
akantetapi mentaati Allah dan Rasul-Nya adalah wajib.”

Maka aku mendatangi mereka dan mereka pun datang. Kemudian meminta izin
dan mereka diizinkan lalu masing-masing mengambil tempat duduk di dalam rumah.

Sabda beliau, “Ya Abu Hirr.” Aku sahut, “Labbaik, ya Rasulullah.” Sabda
beliau, “Ambillah dan berikan kepada mereka.”

Maka aku mengambil bejana itu, kemudian memberikan seorang lau minum
sampai kenyang, kemudian mengembalikan bejana itu kepadamu. Lalu aku berikan
kepada seorang lagi dan minum sampai kenyang, kemudian dia mengembalikan bejana
itu kepadaku. Lantas aku berikan lagi kepada yang lain dan minum sampai kenyang
dan mengembalikan bejana itu kepadaku, sampai selesai kepada Nabi saw. dan
semua orang telah kenyang. Kemudian beliau mengambil bejana itu dan meletakkannya
di tangan beliau, kemudian melirik kepadaku dan tersenyum sambil bersabda, “Abu
Hirr.” Aku jawab, “Labbaik, ya Rasulullah.” Sabda beliau, “Tinggal aku dan
kamu.” Aku jawab, “Engkau benar, wahai Rasulullah.” Sabda beliau, “Duduk dan
minumlah.” Aku pun duduk dan minum.

Beliau bersabda lagi, “Minumlah.” Dan aku pun minum lagi, dan beliau
bersabda, “Minumlah.” Sampai aku mengatakan, “Tidak, demi Zat Yang telah
mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak menemukan tempat lagi (di perutku).”
Sabda beliau, “Perlihatkan kepadaku.” Maka aku berikan bejana itu kepada
beliau, dan kemudian beliau memanjatkan puji syukur kepada Allah dan meminum
yang tersisa.

24 Juni 2010

Kisah Batu Kecil

0 komentar

Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat ke atas tembok yang sangat tinggi. Pada suatu saat ia harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya.
Pekerja itu berteriak-teriak,tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja.

Oleh karena itu untuk menarik perhatian orang yang ada di bawahnya, ia mencoba melemparkan uang logam di depan temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang keduapun memperoleh hasil yang sama.

Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah orang itu. Batu itu tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit, temannya menengadah ke atas? Sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yang berisi pesannya.

Tuhan kadang-kadang menggunakan cobaan-cobaan ringan untuk membuat kita menengadah kepadaNya. Seringkali Tuhan melimpahi kita dengan rahmat, tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepadaNya. Karena itu, agar kita selalu mengingat
kepadaNya, Tuhan sering menjatuhkan "batu kecil" kepada kita.


Karena Allah atau Karena Rumput?

0 komentar


Diceritakan bahwa Nabi Musa as. pernah mengeluh kepada Allah SWT karena menderita sakit gigi. Maka Allah SWT memerintahkan: “Ambillah rumput orang itu dan letakkan pada gigimu!”

Lalu Nabi Musa as. melakukan apa yang telah diperintahkan Allah SWT,sehinga sakitnya mereda seketika. Kemudian setelah beberapa saat, sakit gigi yang dialami Nabi Musa as. kambuh lagi. Maka Nabi Musa as. mengambil kembali rumput itu dan meletakkan pada giginya. Ternyata yang terjadi bukan sakitnya berkurang, melainkan bertambah parah beberapa kali lipat.

Merasa sakitnya makin parah, Nabi Musa as. pun mengadu kembali kepada Allah SWT: “Ya Tuhanku, bukankan engkau menyuruhku melakukan ini dan telah menunjukkan aku padanya?”

Allah SWT menjawab: “Hai Musa, Akulah yang menyembuhkan dan Akulah yang menyehatkan. Aku yang memberi bencana dan akulah yang memberi manfaat. Engkau menuju kepada-Ku untuk yang pertama, lalu aku hilangkan penyakitmu. Sekarang engkau menuju rumput dan tidak menuju kepada-Ku.”


*) Disarikan Nuruzh-Zhalâm karya Syekh Nawawi Banten (www.sidogiri.net)


Jejak Kedermawanan Rasulullah

0 komentar

Sayyidina Umar bin Khattab bercerita, suatu hari seorang laki-laki datang menemui Rasulullah SAW untuk meminta-minta, lalu beliau memberinya. Keesokan harinya, laki-laki itu datang lagi, Rasulullah juga memberinya. Keesokan harinya, datang lagi dan kembali meminta, Rasulullah pun memberinya. Keesokan harinya, ia datang kembali untuk meminta-minta, Rasulullah lalu bersabda, “Aku tidak mempunyai apa-apa saat ini. Tapi, ambillah yang kau mau dan jadikan sebagai utangku. Kalau aku mempunyai sesuatu kelak, aku yang akan membayarnya.”

Umar lalu berkata, “Wahai Rasulullah janganlah memberi diluar batas kemampuanmu.” Rasulullah tidak menyukai perkataan Umar tadi. Tiba-tiba, datang seorang laki-laki dari Anshar sambil berkata, “Ya Rasulullah, jangan takut, terus saja berinfak. Jangan khawatir dengan kemiskinan.” Mendengar ucapan laki-laki tadi, Rasulullah tersenyum, lalu beliau berkata kepada Umar, “Ucapan itulah yang diperintahkan oleh Allah kepadaku.” (HR Turmudzi).

Jubair bin Muth’im bertutur, ketika ia bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba orang-orang mencegat beliau dan meminta dengan setengah memaksa sampai-sampai beliau disudutkan ke sebuah pohon berduri.

Kemudian salah seorang dari mereka mengambil mantelnya. Rasulullah berhenti sejenak dan berseru, ”Berikan mantelku itu! Itu untuk menutup auratku. Seandainya aku mempunyai mantel banyak (lebih dari satu), tentu akan kubagikan pada kalian (HR. Bukhari)

Ummu Salamah, istri Rasulullah SAW bercerita, suatu hari Rasulullah masuk ke rumahku dengan muka pucat. Aku khawatir beliau sedang sakit. “Ya Rasulullah, mengapa wajahmu pucat begini?” tanyaku.

Rasulullah menjawab, ”Aku pucat begini bukan karena sakit, melainkan karena aku ingat uang tujuh dinar yang kita dapat kemarin sampai sore ini masih berada di bawah kasur dan kita belum menginfakkannya.” (HR Al-Haitsami dan hadistnya sahih).

Aisyah berkata, suatu hari, ketika sakit, Rasulullah SAW menyuruhku bersedekah dengan uang tujuh dinar yang disimpannya di rumah. Setelah menyuruhku bersedekah, beliau lalu pingsan. Ketika sudah siuman, Rasulullah bertanya kembali: “Uang itu sudah kau sedekahkan?” “Belum, karena aku kemarin sangat sibuk,” jawabku Rasulullah bersabda, “Mengapa bisa begitu, ambil uang itu!”.
Begitu uang itu sudah di hadapannya, Rasulullah lalu bersabda, “Bagaimana menurutmu seandainya aku tiba-tiba meninggal, sementara aku mempunyai uang yang belum kusedekahkan? Uang ini tidak akan menyelamatkan Muhammad seandainya ia meninggal sekarang, sementara ia mempunyai uang yang belum disedekahkan,”. (HR Ahmad).

Sahl bin Sa’ad bertutur, suatu hari datang seorang perempuan menghadiahkan kepada Nabi Saw sepotong syamlah yang ujungnya ditenun (syamlah adalah baju lapang yang menutup seluruh badan). Perempuan itu berkata, “Ya Rasulullah, akulah yang menenun syamlah ini dan aku hendak menghadiahkannya kepada Engkau.” Rasulullah pun sangat menyukainya. Tanpa banyak bicara, beliau langsung mengambil dan memakainya dengan sangat gembira dan berterima kasih kepada wanita itu. Rasulullah betul-betul sangat membutuhkan dan menyukai syamlah tersebut.

Tidak lama setelah wanita itu pergi, tiba-tiba datang seorang laki-laki meminta syamlah tersebut. Rasulullah pun memberikannya. Para sahabat yang lain lalu mengecam laki-laki tersebut. Mereka berkata, “Hai Fulan, Rasulullah sangat menyukai syamlah tersebut, mengapa kau memintanya? Kau kan tahu Rasulullah tidak pernah tidak memberi kalau diminta?” Laki-laki itu menjawab, “Aku memintanya bukan untuk dipakai sebagai baju, melainkan untuk kain kafanku nanti kalau aku meninggal”. Tidak lama kemudian, laki-laki itu meninggal dan syamlah tersebut menjadi kain kafannya. (HR Bukhari).

Beberapa kisah diatas hanyalah sebutir jejak kedermawanan Nabi Muhammad SAW. Kisah-kisah lainnya bagaikan gunung pasir tertinggi yang takkan pernah sanggup diimbangi oleh siapapun, termasuk para sahabat-sahabat terdekatnya di masa beliau masih hidup. Sahabat-sahabat Rasulullah hanya bisa meniru kedermawanan yang diajarkan Baginda Rasul itu, yang kemudian menambah panjang jejak sejarah kedermawanan yang dicontohkan Nabi dan para sahabatnya.

Lihatlah Thalhah bin Ubaidillah, seorang sahabat yang kaya raya namun pemurah dan dermawan. “Sungai yang airnya mengalir terus menerus mengairi dataran dan lembah” adalah lukisan tentang kedermawanan seorang Thalhah. Isterinya bernama Su’da binti Auf. Pada suatu hari isterinya melihat Thalhah sedang murung dan duduk termenung sedih. Melihat keadaan suaminya, sang isteri segera menanyakan penyebab kesedihannya dan Thalhah mejawab, “Uang yang ada di tanganku sekarang ini begitu banyak sehingga memusingkanku. Apa yang harus kulakukan ?”

Maka istrinya berkata, “Uang yang ada di tanganmu itu bagi-bagikanlah kepada fakir miskin.” Maka dibagi-baginyalah seluruh uang yang ada di tangan Thalhah tanpa meninggalkan sepeserpun.

Assaib bin Zaid berkata tentang Thalhah, “Aku berkawan dengan Thalhah baik dalam perjalanan maupun sewaktu bermukim. Aku melihat tidak ada seorangpun yang lebih dermawan dari dia terhadap kaum muslimin. Ia mendermakan uang, sandang dan pangannya.”

Jaabir bin Abdullah bertutur, “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih dermawan dari Thalhah walaupun tanpa diminta.” Oleh karena itu patutlah jika dia dijuluki “Thalhah si dermawan”, “Thalhah si pengalir harta”, “Thalhah kebaikan dan kebajikan”.

Sahabat lain yang mengukir jejak indah kedermawanan mencontoh Nabi adalah Tsabit bin Dahdah yang memiliki kebun yang bagus, berisi 600 batang kurma kualitas terbaik. Begitu turun firman Allah, “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan (pembayaran) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.” (Al-Hadid: 11). Dia bergegas mendatangi Rasulullah untuk bertanya, “Ya Rasulullah, apakah Allah ingin meminjam dari hambanya?”

“Benar,” jawab Rasulullah.

Spontan Tsabit bin Dahdah mengacungkan tangannya seraya berkata, “Ulurkanlah tangan Anda, wahai Rasulullah.”

Rasulullah mengulurkan tangannya, dan langsung disambut oleh Tsabit bin Dahdah sambil berkata, “Aku menjadikan Anda sebagai saksi bahwa kupinjamkan kebunku kepada Allah.” Tsabit sangat gembira dengan keputusannya itu. Dalam perjalanan pulang dia mampir ke kebunnya. Dilihatnya isteri dan anak-anaknya sedang bersantai di bawah pepohonan yang sarat dengan buah.

Dari pintu kebun, Dipanggillah sang isteri, “Hai Ummu Dahdah! Ummu Dahdah! Cepat keluar dari kebun ini, Aku sudah meminjamkan kebun ini kepada Allah!” Isterinya menyambut dengan suka cita, “Engkau tidak rugi, suamiku, engkau beruntung, engkau sungguh beruntung!” Segera dikeluarkannya kurma yang ada di mulut anak-anaknya seraya berkata, “Ayahmu sudah meminjamkan kebun ini kepada Allah.”

Ibnu Mas’ud menceritakan bahwa Rasulullah bersabda, “Berapa banyak pohon sarat buah yang kulihat di surga atas nama Abu Dahdah.” Artinya, Allah memberi Tsabit bin Dahdah pohon-pohon yang berbuah lebat di surga sebagai ganti atas pemberiannya kepada-Nya di dunia.

Indah nian jejak-jejak kedermawanan Nabi Muhammad SAW, lebih indah lagi apa-apa yang dijanjikan Allah atas apa yang diberikan di jalan-Nya. Karenanya, seluruh sahabat pada masa itu berlomba-lomba mengikuti jejak Nabi dalam segala hal, termasuk tentang kedermawanan. Semoga, jejak kedermawanan itu terus terukir pada ummat Muhammad hingga kini selama kita masih terus meleburkan diri pada rantai jejak indah itu, dan mengajarkannya kepada anak-anak dan penerus kehidupan ini.(Sumber)

Kisah Sufi Penyayang Binatang

0 komentar

Mungkin sulit sekali mencari penyayang binatang semacam Syekh Ahmad ar-Rifa’i. Beliau adalah tokoh sufi besar pendiri tarekat Rifa’iyah, sebuah ordo sufi yang memiliki banyak pengikut, terutama di daratan Afrika Utara.

Konon, bila ada nyamuk hinggap dan menggigitnya, beliau tidak pernah mengusirnya. Bila ada orang hendak mengusir nyamuk yang menggigit tubuh beliau itu, beliau justru melarangnya.

“Biarkan nyamuk ini minum dari darah yang telah dijadikan sebagai bagian rejekinya oleh Allah,” kata beliau.

Bila ada belalang hinggap di pakaiannya saat sedang berjalan di bawah terik matahari, maka beliau mencari tempat yang teduh. Beliau duduk berdiam diri di situ sampai belalang itu pergi sendiri. “ Belalang ini ingin berteduh dengan bantuan kita,” katanya.

Konon pernah ada seekor kucing tidur di atas lengan baju miliknya. Beliau tidak sedikitpun mengganggunya sampai kucing itu bangun sendiri dan pergi. Ketika waktu salat tiba, Syekh ar-Rifa’I tetap tidak mau menarik lengan bajunya. Beliau malah menggunting lengan bajunya itu, lalu pergi salat. Setelah kucing itu bangun dan pergi, beliau menjahit kembali lengan bajunya itu. Subhanallah!

Suatu waktu, Syekh ar-Rifa’I pernah mendapati seekor anjing dengan tubuh nyaris hancur penuh kudis. Anjing itu diusir penduduk karena tubuhnya betul-betul menjijikkan. Maka, Syekh mengantarkannya ke sebuah gurun tak berpenghuni. Di tempat itu, beliau membuatkan sebuah kandang yang teduh untuk anjing tersebut. Lalu beliau meminyaki tubuhnya, menyediakan makan dan minumnya, juga menggosok kudisnya dengan sebuah kain. Setelah anjing itu sembuh, beliau membawakan air hangat, lalu memandikannya.(Sumber)

Keutamaan Ali Bin Abu Thalib R.a.

0 komentar

Pada suatu ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menyatakan bahwa dirinya diibaratkan sebagai kota ilmu, sementara Sayidina Ali bin Abi Thalib adalah gerbangnya ilmu. Mendengar pernyataan yang demikian, sekelompok kaum Khawarij tidak mempercayainya. Mereka tidak percaya, apa benar Ali bin Abi Thalib cukup pandai sehingga ia mendapat julukan "gerbang ilmu" dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Berkumpullah sepuluh orang dari kaum Khawarij. Kemudian mereka bermusyawarah untuk menguji kebenaran pernyataan Rasulullah tersebut. Seorang di antara mereka berkata, "Mari sekarang kita tanyakan pada Ali tentang suatu masalah saja. Bagaimana jawaban Ali tentang masalah itu. Kita bisa menilai seberapa jauh kepandaiannya. Bagaimana? Apakah kalian setuju?"


"Setuju!" jawab mereka serentak.


"Tetapi sebaiknya kita bertanya secara bergiliran saja", saran yang lain.

"Dengan begitu kita dapat mencari kelemahan Ali. Namun bila jawaban Ali nanti selalu berbeda-beda, barulah kita percaya bahwa memang Ali adalah orang yang cerdas."


"Baik juga saranmu itu. Mari kita laksanakan!" sahut yang lainnya.

Hari yang telah ditentukan telah tiba. Orang pertama datang menemui Ali lantas bertanya, "Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?"


"Tentu saja lebih utama ilmu," jawab Ali tegas.


"Ilmu adalah warisan para Nabi dan Rasul, sedangkan harta adalah warisan Qarun, Fir'aun, Namrud dan lain-lainnya, " Ali menerangkan.


Setelah mendengan jawaban Ali yang demikian, orang itu kemudian mohon diri.

Tak lama kemudian datang orang kedua dan bertanya kepada Ali dengan pertanyaan yang sama. "Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?"


"Lebih utama ilmu dibanding harta," jawab Ali.


"Mengapa?"


"Karena ilmu akan menjaga dirimu, sementara harta malah sebaliknya, engkau harus menjaganya."

Orang kedua itu pun pergi setelah mendengar jawaban Ali seperti itu. Orang ketiga pun datang menyusul dan bertanya seperti orang sebelumnya.


"Bagaimana pendapat tuan bila ilmu dibandingkan dengan harta?"

Ali kemudian menjawab bahwa, "Harta lebih rendah dibandingkan dengan ilmu?"


"Mengapa bisa demikian tuan?" tanya orang itu penasaran.


"Sebab orang yang mempunyai banyak harta akan mempunyai banyak musuh. Sedangkan orang yang kaya ilmu akan banyak orang yang menyayanginya dan hormat kepadanya."


Setelah orang itu pergi, tak lama kemudian orang keempat pun datang dan menanyakan permasalahan yang sama. Setelah mendengar pertanyaan yang diajukan oleh orang itu, Ali pun kemudian menjawab, "Ya, jelas-jelas lebih utama ilmu."


"Apa yang menyebabkan demikian?" tanya orang itu mendesak.


"Karena bila engkau pergunakan harta," jawab Ali, "jelas-jelas harta akan semakin berkurang. Namun bila ilmu yang engkau pergunakan, maka akan semakin bertambah banyak."

Orang kelima kemudian datang setelah kepergian orang keempat dari hadapan Ali. Ketika menjawab pertanyaan orang ini, Ali pun menerangkan, "Jika pemilik harta ada yang menyebutnya pelit, sedangkan pemilik ilmu akan dihargai dan disegani."


Orang keenam lalu menjumpai Ali dengan pertanyaan yang sama pula. Namun tetap saja Ali mengemukakan alasan yang berbeda. Jawaban Ali tersebut ialah, "Harta akan selalu dijaga dari kejahatan, sedangkan ilmu tidak usah dijaga dari kejahatan, lagi pula ilmu akan menjagamu."

Dengan pertanyaan yang sama orang ketujuh datang kepada Ali. Pertanyaan itu kemudian dijawab Ali, "Pemilik ilmu akan diberi syafa'at oleh Allah Subhaanahu wa Ta'ala di hari kiamat nanti, sementara pemilik harta akan dihisab oleh Allah kelak."


Kemudian kesepuluh orang itu berkumpul lagi. Mereka yang sudah bertanya kepada Ali mengutarakan jawaban yang diberikan Ali. Mereka tak menduga setelah mendengar setiap jawaban, ternyata alasan yang diberikan Ali selalu berbeda. Sekarang tinggal tiga orang yang belum melaksanakan tugasnya. Mereka yakin bahwa tiga orang itu akan bisa mencari celah kelemahan Ali. Sebab ketiga orang itu dianggap yang paling pandai di antara mereka.

Orang kedelapan menghadap Ali lantas bertanya, "Antara ilmu dan harta, manakah yang lebih utama wahai Ali?"


"Tentunya lebih utama dan lebih penting ilmu," jawab Ali.


"Kenapa begitu?" tanyanya lagi.


"Dalam waktu yang lama," kata Ali menerangkan, "harta akan habis, sedangkan ilmu malah sebaliknya, ilmu akan abadi."


Orang kesembilan datang dengan pertanyaan tersebut. "Seseorang yang banyak harta", jawab Ali pada orang ini, "akan dijunjung tinggi hanya karena hartanya. Sedangkan orang yang kaya ilmu dianggap intelektual. "

Sampailah giliran orang terakhir. Ia pun bertanya pada Ali hal yang sama. Ali menjawab, "Harta akan membuatmu tidak tenang dengan kata lain akan mengeraskan hatimu. Tetapi, ilmu sebaliknya, akan menyinari hatimu hingga hatimu akan menjadi terang dan tentram karenanya."

Ali pun kemudian menyadari bahwa dirinya telah diuji oleh orang-orang itu. Sehingga dia berkata, "Andaikata engkau datangkan semua orang untuk bertanya, insya Allah akan aku jawab dengan jawaban yang berbeda-beda pula, selagi aku masih hidup."

Kesepuluh orang itu akhirnya menyerah. Mereka percaya bahwa apa yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di atas adalah benar adanya. Dan Sayidina Ali memang pantas mendapat julukan "gerbang ilmu". Sedang mengenai diri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sudah tidak perlu diragukan lagi


20 Juni 2010

"Mantra" Korupsi

0 komentar

Sun amathek ajiku ajian korupsi

Nedyo sugih bondo donya sarwo mbejaji

Ora geter telik sandi lawan cerenging jekso

Ora gigrik surak lan supataning sapepodho

Ora tedas tapak paluning hakim kang mbaurekso

Sluman Slumun Slamet

Ngupoyo lenaning kang andum kuwoso

Murih lancar nguras kas kayaning negoro

Hooooooo……..


Ajiku ajian korupsi

Mataku mata birokrat

Kupingku kuping tehnokrat

Lambeku lambe pejabat

Irungku irung pengamat

Dhadaku dhada malaikat

Sikilku sikil masyarakat

Wetengku kebak nikmat

Tanganku tangan konglomerat

Kebat Kliwat mbeburu berkat

Tansah gangsar ndonya akherat

Hoooooooo………


Ajian korupsi satuhu rapalku

Jaran goyang esemku

Semar mendhem caturku

Candramowo paningalku

Welut putih langkahku

Sadengah papan andhon laku

Adol guyu nyaring isu

Dalanku tansah lumintu

Sakkabehing referensi dadi gamanku

Sakkabehing bang dadi bangku

Hoooooooo……..


Ajiku ajian korupsi

Jimatku jimat kolusi

Tamengku tameng kongsi

Payonku payon proteksi

Papanku papan lisensi

Sedulurku koneksi sinorowedi

Citraku citra telepisi

Ugemanku nunggal sawiji

Status quo tansah lestari

Sun amatek ajiku ajian korupsi

Ajian sakti sang anak negeri

So pasti senantiasa is the best number siji

Maka merdekalah aku sampai mati

Hooooooo………..

(Sumber "Kitab")