01 November 2009

Korban Gempa Buncah, Orang Asing Sebarkan Injil di Padang Pariaman

Masyarakat korban gempa di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat buncah. Pasalnya, sejumlah oknum relawan asing yang datang ke daerah tersebut berkedok memberikan bantuan kemanusiaan namun ditemukan membagi-bagikan kitab Injil kepada warga korban gempa sejak Selasa (27/10/2009) kemarin.

Bahkan, jika ada warga korban gempa yang mau merobah akidahnya secara terang-terangan mereka siap membuatkan rumah permanen. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Padang Pariaman saat ini sedang melacak keberadaan oknum relawan asing itu dan sedang mengumpulkan bukti-bukti untuk dilaporkan ke pihak berwajib. “Benar, kami mendapatkan informasi dari warga ada oknum relawan asing yang membagi-bagikan Injil di jalanan, kepada siapa saja mereka bertemu,” ujar Ketua Umum MUI Padang Pariaman, Ustadz Khairuddin ketika dihubungi Sabili via telepon genggamnya, Rabu (28/10/2009).

Dia menyebutkan, masyarakat saat ini resah khususnya mereka yang berada di Kecamatan X Koto Kampung Dalam, Patamuan, V Koto Timur, dan Lubuk Alung. Oknum relawan asing itu membagi-bagikan Injil sementara mereka tahu masyarakat di daerah itu seluruhnya muslim.

“Tindakan oknum relawan asing ini sangat meresahkan masyarakat. Persoalan akidah sangat sensitif di daerah kami,” katanya.

Menurut Ustadz Khairuddin, siang ini tim MUI Padang Pariaman akan turun ke lokasi-lokasi yang disebutkan itu untuk mengecek kebenaran serta mengumpulkan bukti-bukti di lapangan terkait penyebaran Injil kepada warga korban gempa. Jika semua barang bukti itu ditemukan, MUI tidak segan-segan melakukan tindakan tegas dan memprosesnya secara hukum.

“Membantu boleh tapi jangan menyinggung akidah masyarakat kami,” tegasnya.

Ulama Sumatera Barat Buya Bagindo Muhammad Letter sebelumnya juga menerima informasi itu dari beberapa jamaah pengajiaannya di Padang Pariaman. Dia mengimbau kepada para donatur asing yang membantu korban gempa Sumatera Barat untuk benar-benar murni tanpa ada misi lain.

“Kami sangat menyayangkan tindakan oknum donatur asing itu, tapi untunglah akidah masyarakat di Padang Pariaman cukup kuat,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua MUI Sumbar Bidang Fatwa Buya H. Gusrizal Ghazahar, Lc, ketika dihubungi Sabili via telepon genggamnya mengaku sudah mendapatkan informasi tentang pembagian Injil itu di Padang Paariaman.

“Ya, saya sudah dengar informasinya. Kalau dalam kondisi seperti ini kita tidak heran, banyak donatur asing berkedok misi kemanusiaan tapi punya misi lain,” tegas Buya Gusrizal.

Namun demikian, dia meminta komitmen tegas pada pemerintah daerah setempat melalui aparatnya untuk mengawasi seluruh aktivitas relawan/donatur asing itu. Sebelumnya, MUI Sumbar telah menyatakan secara tegas jika urusan rehabilitasi mental korban gempa MUI siap melaksanakannnya. Bahkan, puluhan dai/muballig MUI telah turun ke daerah-daerah yang parah terkena gempa.

“Saya sudah tegaskan sebaiknya pemerintah menyetop bantuan-bantuan asing itu jika ada misi lain di baliknya. MUI di seluruh daerah di Sumbar sudah turun ke lapangan untuk persoalan rehabilitasi mental ini,” kata Gusrizal yang juga Dosen IAIN Imam Bonjol Padang.

Jika bantuan-bantuan asing itu tidak diberhentikan, kata Gusrizal, nantinya akan menimbulkan masalah fatal di tengah masyarakat Sumbar yang mayoritas beragama Islam. “Cukup masyarakat Sumbar saja dan masyarakat muslim lainnya di Indonesia yang membantu,” katanya.

Dia mengimbau kepada korban gempa di Sumbar, saat ini masyarakat memang sangat membutuhkan bantuan materi, namun harus tetap hati-hati terhadap segala bantuan khususnya dari asing. Untuk itu masyarakat juga perlu komitmen, meski dalam keadaan susah tidak mudah menggadaikan akidah.

Di samping itu, Buya Gusrizal juga menyinggung soal bantuan dari Israel melalui Pengurus Daerah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Jakarta untuk korban gempa Sumbar. Dirinya menyayangkan aktivis HMI mau menerima bantuan itu, dan diminta untuk segera mengembalikannya karena selama ini tidak ada hubungan baik antara muslim Indonesia dengan pihak Israel .

“Kejahatan Israel terhadap Palestina tentu tidak dapat kita maafkan, untuk itu jangan memberikan peluang kepada mereka menginjakkan kaki di Indonesia meski berkedok memberikan bantuan sekalipun,” tegasnya. (Muhammad Subhan, Padang/sabili )

Ormas Islam: Bantuan Kemanusiaan Yes, Pemurtadan No!

Sejumlah ormas Islam di Sumatera Barat tidak tinggal diam terkait penyebaran kitab Injil kepada korban gempa yang dilakukan oknum relawan/donatur asing di Kabupaten Padang Pariaman. Forum Umat Islam (Formis) Sumbar bersama Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) langsung melacak keberadaan oknum relawan asing tersebut yang diduga juga dibantu oleh oknum warga berkewarganegaraan Indonesia .

“Sebuah kitab Injil sudah saya dapatkan sebagai barang bukti dari seorang warga di Desa Koto Tinggi, Kecamatan Tujuh Koto, Kabupaten Padang Pariaman. Beberapa desa terdekat lainnya warga juga sudah memegang barang bukti kitab itu, semuanya akan kita kumpulkan,” kata Sekjen Formis Sumbar, Ustadz Ibnu Aqil D Gani ketika dihubungi Sabili via telepon genggamnya, Rabu (28/10/2009), siang.

Dia menyebutkan, relawan asing yang membagi-bagikan kitab Injil itu disinyalir berasal dari Negara Amerika dan Australia . Mereka masuk ke Padang Pariaman, khususnya di Desa Koto Tinggi beberapa pecan pascagempa dan membagi-bagikan sembako, selimut dan tenda kepada masyarakat di sana.

“Koto Tinggi merupakan desa yang terparah terkena dampak gempa di Padang Pariaman. Jalan putus, jembatan ambruk, dan banyak rumah warga yang rusak. Kondisi medan yang sulit menyebabkan ormas Islam belum masuk ke sana beberapa hari pascagempa,” jelas Ibnu Aqil.

Oknum relawan asing itu masuk ke Koto tinggi, menurut keterangan warga yang diungkapkan Ustadz Ibnu Aqil, dengan menggunakan helikopter dan membagi-bagikan bahan makanan khususnya beras, susu dan mie instan. Setelah kondisi sedikit aman, mereka turun dan mengajak anak-anak dan orang tua berkumpul untuk mendapatkan bantuan selanjutnya.

“Selain memberikan bantuan makanan, kepada warga oknum orang asing itu juga menyebutkan kata-kata, ‘anggaplah kami sebagai warga surga yang datang ke sini untuk menyebarkan kasih’,” ujar Ustadz Ibnu Aqil seperti dikatakan warga di Koto Tinggi.

Selain itu, masyarakat di sana juga dijanjikan akan dibangunkan rumah dan akan diberikan apa saja yang diminta, asalkan mereka mau berganti keyakinan. Mereka menjanjikan akan datang beberapa kali kesempatan selama 4 tahun berturut-turut untuk memberikan bantuan yang dibawa melalui helikopter.

“Anak-anak juga dipengaruhi dengan keyakinan agama mereka, dan menyebut-nyebut Isa sebagai anak Allah,” ungkapnya.

Menyikapi kondisi yang tidak sehat itu, jelas Ibnu Aqil, sejumlah tokoh masyarakat di Desa Koto Tinggi menggelar rapat dan menyatakan menolak semua bantuan asing yang datang ke desa mereka. Warga juga telah melaporkan kasus tersebut ke MUI Padang Pariaman.

Ormas Islam sendiri, khususnya Formis dan MMI sumbar telah menerjunkan dai/muballigh ke Koto Tinggi guna memberikan dakwah agar masyarakat tetap memegang teguh keyakinan agama mereka. Di samping ormas Islam juga berupaya melacak keberadaan oknum orang asing itu dan diharapkan tertangkap tangan ketika menyebarkan Injil sehingga dapat diproses secara hukum.

“Kami harapkan ada di antara mereka nanti yang tertangkap tangan dan akan kita proses secara hukum,” tegasnya.

Dai dan muballigh yang diterjunkan itu, masing-masing mereka membawa spanduk bertuliskan “Bantuan Kemanusian Yes, Kristenisasi/Pemurtadan No!” yang dipasang di sejumlah tempat strategis di desa-desa yang disinyalir menjadi target pemurtadan missionaris.

Dia menghimbau kepada Pemprov Sumbar dan Pemda Kabupaten/Kota untuk tidak membiarkan bantuan asing disalurkan langsung oleh relawan mereka. Hendaknya bantuan-bantuan itu diberikan ke Posko Satkorlak, lalu tim Provinsi dan Daerah yang menyalurkannya langsung ke masyarakat.

“Mohon pemerintah serius dan teliti dalam menerima bantuan asing ini dan tidak membenarkan mereka menyalurkannya langsung ke masyarakat korban gempa,” katanya.

Ditanya apakah sejauh ini ada temuan tentang warga yang dimurtadkan, Ibnu Aqil menjawabnya belum ada namun pihaknya tetap melakukan pemantauan di lapangan.

“Belum ada temuan warga yang dimurtadkan atau berpindah akidah, tapi tetap kita dampingi mereka sehingga akidah umat tidak goyah,” tambah Ustadz Ibnu Aqil. (Sumber)

0 komentar: